Beranda | Artikel
Kenapa Nabi Muhammad Memilih Domba yang Dikebiri untuk Dikurbankan?
Sabtu, 16 September 2023

السؤال

ما الأحكام المتعلقة بالحيوانات الغير مخصيّة ؟ – هل صحيح أنها أفضل من غيرها في الأضحية ؟ – وكيف كان تعامل النبي صلى الله عليه وسلم مع مثل هذا الصنف من الحيوانات ؟ – ذكرتم في الفتوى رقم (95329) أن النبي صلى الله عليه وسلم ضحّى بكبشين موجوءين (مخصيين) ، فهل كان هذا دأبه صلى الله عليه وسلم دائماً ، أم إنه كان يذبح أيضاً الحيوانات الغير مخصية ؟

Pertanyaan:

Bagaimana hukum-hukum seputar hewan yang tidak dikebiri? Benarkah itu lebih utama untuk dijadikan kurban? Bagaimana Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam dahulu berurusan dengan hewan seperti ini? Anda menyebutkan dalam fatwa no. 95329 bahwa Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam mengorbankan dua domba jantan yang dikebiri. Apakah ini kebiasaan beliau Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam secara terus-menerus? Ataukah beliau Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam juga menyembelih hewan yang tidak dikebiri?

الجواب

الحمد لله.

أولا :

تقدم في جواب السؤال رقم : (95329) بيان أنه لا حرج في خصاء الحيوانات إذا كان لمصلحة مقصودة صحيحة ، وهو مذهب جمهور العلماء . 

ولم يرد في سنة النبي صلى الله عليه وسلم تعامل مخصوص مع الحيوانات المخصية ، أو أحكام خاصة بها ؛ وإنما غاية ما هنالك أنه ضحى بكبشين خصيين ، وهذا يدل على مشروعيته ، مشروعية الخصاء من ناحية ، ومشروعية الأضحية بالحيوان المخصي .

روى أحمد (23348) عَنْ أَبِي رَافِعٍ قَالَ : ( ضَحَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ مَوْجِيَّيْنِ خَصِيَّيْنِ ) وصححه الألباني في “الإرواء” (4/360) .

Jawaban:

Alhamdulillah. 

Pertama, dalam jawaban soal nomor 95329 telah dijelaskan bahwa tidak mengapa mengebiri hewan jika maksudnya untuk kepentingan yang benar. Inilah pendapat mayoritas ulama. Dalam sunah tidak disebutkan ada perlakuan khusus dari Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam atau hukum-hukum khusus terkait hewan-hewan yang dikebiri. Yang ada adalah hadis bahwa beliau berkurban dengan dua domba jantan yang dikebiri. Hal ini menjadi dalil disyariatkannya kurban, dan dari satu sisi menunjukkan disyariatkannya kebiri dan di sisi lain juga menunjukkan disyariatkannya berkurban dengan hewan dikebiri. 

Imam Ahmad (23348) meriwayatkan bahwa Abu Rafi’ berkata, “Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam mengurbankan dua ekor domba jantan berwarna putih hitam yang dikebiri.” Hadis ini disahihkan oleh al-Albani dalam Al-Irwā’ (4/360).

قال الشيخ ابن عثيمين الله :

” يجوز الأضحية بالخصي ؛ لأنه ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه ضحى بكبشين موجوءين – يعني: مقطوعي الخصيتين- ووجه ذلك أن الخصي يكون لحمه أطيب ، فالخصاء لن يضره شيئا ” انتهى من “اللقاء الشهري” (3 /111) .

وأما المجبوب مقطوع الذكر فلا تجوز الأضحية به ، كما سيأتي .

Syekh Ibnu Utsaimin —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bolehnya berkurban dengan hewan yang dikebiri, karena ada riwayat sahih dari Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam bahwa beliau mengurbankankan dua ekor domba jantan yang dikebiri, yakni yang kedua testisnya telah dipotong. Alasannya, agar kualitas dagingnya yang lebih baik, sementara pengebirian itu sendiri tidak membahayakannya sedikit pun. Selesai kutipan dari al-Liqāʾ asy-Syahrī 3/111) 

Adapun hewan yang terpotong alat kelaminnya, maka tidak boleh untuk berkurban, seperti yang akan dijelaskan berikutnya.

ثانيا:

لم يداوم النبي صلى الله عليه وسلم على اختيار الخصي في الأضحية ، بل كان يختار أيضا الفحيل غير الخصي .

روى أبو داود (2796) والترمذي (1496) عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ : ( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُضَحِّي بِكَبْشٍ أَقْرَنَ فَحِيلٍ ، يَنْظُرُ فِي سَوَادٍ وَيَأْكُلُ فِي سَوَادٍ وَيَمْشِي فِي سَوَادٍ )

صححه الألباني .

وروى الإمام مالك (1043) عَنْ نَافِعٍ : ” أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ ضَحَّى مَرَّةً بِالْمَدِينَةِ ، قَالَ نَافِعٌ : فَأَمَرَنِي أَنْ أَشْتَرِيَ لَهُ كَبْشًا فَحِيلًا أَقْرَنَ ، ثُمَّ أَذْبَحَهُ يَوْمَ الْأَضْحَى فِي مُصَلَّى النَّاسِ “.

Kedua, Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam tidak selalu memilih hewan yang dikebiri untuk berkurban, melainkan juga memilih hewan yang tidak dikebiri. Abu Daud (2796) dan Tirmidzi (1496) meriwayatkan dari Abu Said yang mengatakan bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam pernah mengurbankan seekor domba jantan bertanduk yang tidak dikebiri, yang area mata, mulut, dan kakinya berwarna hitam.” Hadis ini disahihkan oleh al-Albani. 

Imam Malik (1043) meriwayatkan dari Nafi’ bahwa Abdullah bin Umar pernah suatu ketika berkurban di Madinah. Nafi’ berkata, “Dia memerintahkan saya untuk membelikannya seekor domba jantan bertanduk yang tidak dikebiri. Lalu aku menyembelihnya di hari Idul Adha di tempat orang-orang melaksanakan salat.”

قال في “النهاية” (3/ 417) :

” الفَحِيل: المُنْجِب فِي ضِرَابه ، واخْتار الفَحْل عَلَى الخَصِيِّ والنَّعْجة طَلَبَا لنُبْله وعِظَمه ” .

وينظر : “تهذيب اللغة ” للأزهري (5/48) .

قال ابن عبد البر رحمه الله :

” أَمَّا الْكَبْشُ الْأَقْرَنُ الْفَحْلُ فَهُوَ أَفْضَلُ الضَّحَايَا عِنْدَ مَالِكٍ وَأَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ ” انتهى من “الاستذكار” (5/ 220) .

ورجح بعض أهل العلم الخصي لطيب لحمه ، قال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله :

” يجوز أن يذبح الخصي في الأضحية ، حتى إن بعض أهل العلم رجحه على الفحل ، قال لأن لحمه يكون أطيب ، والصحيح أن الفحل من ناحية أفضل بكمال أعضائه وأجزائه ، وهذا أفضل بطيب لحمه ” انتهى من “فتاوى نور على الدرب” (9/42) .

Disebutkan dalam an-Nihāyah bahwa Faẖīl adalah hewan yang bisa menghamili betina. Dipilih yang Faẖīl daripada yang dikebiri atau yang betina karena kualitas dan gemuknya. Lihat Tahdzīb al-Lughah karya al-Azhari, 5/48. Ibnu Abdil Barr —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bahwa domba yang jantan bertanduk dan tidak dikebiri adalah hewan kurban terbaik menurut Malik dan kebanyakan ulama. (Al-Istidzkār, 5/220) Beberapa ulama lebih memilih hewan yang dikebiri karena kualitas dagingnya lebih baik. 

Syekh Ibnu Utsaimin —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bahwa boleh menyembelih hewan kurban yang dikebiri, bahkan beberapa ulama lebih menyarankannya ketimbang yang tidak dikebiri dengan mengatakan bahwa dagingnya lebih baik. Yang benar, bahwa hewan yang tidak dikebiri dari satu sisi afdal karena kesempurnaan bagian dan anggota tubuhnya. Adapun yang dikebiri afdal karena kualitas dagingnya. (Fatāwā Nūr ‘Alā al-Darb, 9/42)

وسوى آخرون بينهما بدون ترجيح :

قال الشوكاني رحمه الله :

” وَاسْتُدِلَّ بِأَحَادِيثِ الْبَابِ عَلَى اسْتِحْبَابِ التَّضْحِيَةِ بِالْمَوْجُوءِ ، وَالظَّاهِرُ أَنَّهُ لَا مُقْتَضَى لِلِاسْتِحْبَابِ؛ لِأَنَّهُ قَدْ ثَبَتَ عَنْهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التَّضْحِيَةُ بِالْفَحِيلِ كَمَا فِي حَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ ، فَيَكُونُ الْكُلُّ سَوَاءً ” انتهى من “نيل الأوطار” (5/ 142) .

ولعل الأقرب هنا أن يقال : إن ” الأفضل من كل جنس أسمنه ، وأكثره لحما ، وأكمله خلقة ، وأحسنه منظراً ” ، كما في “أحكام الأضحية والذكاة” (2/ 229) .

فإن كان الفحيل أعظم وأطيب لحما : فهو أفضل ، وإن كان الخصي أعظم وأفضل لحما : فهو أفضل .

Ulama lain menyamakan keduanya tanpa membedakan mana yang afdal. Asy-Syaukani —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bahwa hadis-hadis dalam bab ini dijadikan dalil dianjurkannya berkurban dengan hewan yang dikebiri, tetapi tampaknya hal tersebut tidak berarti dianjurkan, karena ada riwayat sahih bahwa Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam juga berkurban dengan hewan Faẖīl, seperti tersebut dalam hadis Abu Said. Jadi, keduanya sama saja. (Nail al-Auṯār, 5/142) 

Barangkali yang lebih tepat dalam masalah ini adalah bahwa yang afdal adalah yang lebih gemuk badannya, lebih banyak dagingnya, lebih lengkap fisiknya, dan lebih bagus penampakannya, sebagaimana disebutkan dalam al-Aẖkām al-Uḏẖiyyah wa adz-Dzakāh (2/229). Jika yang Faẖīl lebih gemuk dan berkualitas dagingnya, maka itu yang afdal. Adapun jika yang dikebiri lebih gemuk dan berkualitas dagingnya, maka itu yang afdal.

Sumber: 

https://islamqa.info/ar/answers/192661/هل-داوم-النبي-صلى-الله-عليه-وسلم-على-اختيار-الخصي-من-بهيمة-الانعام-في-الاضحية

PDF sumber artikel.

🔍 Hawa Diciptakan Dari, Menelan Ludah Saat Puasa Batal Atau Tidak, Cara Membersihkan Pembalut Gel, Dagang Dalam Islam, Manfaat Sholat Tahajud Dan Puasa Senin Kamis, Shalat Sunat Sebelum Shalat Fardhu

 

Flashdisk Video Cara Shalat dan Bacaan Shalat

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/42803-kenapa-nabi-muhammad-memilih-domba-yang-dikebiri-untuk-dikurbankan.html